Setelah Sinode Gepembri mengadakan KKR dan perayaan Natal pada bulan Desember, dan mempersiapkan sebuah rumah untuk memulai pos PI, maka pada 28 Januari 1999, GI. Dolly Young, ditemani oleh Sdri. Liu Tjoen dan Sdri. Corry Mokoginta, tiba di Batam untuk memulai pelayanan di sana. Rumah yang beralamat di Kompleks Bukit Mas, Blok Sedap Malam No. 34 itu dijadikan sebagai tempat perintisan pos PI Gepembri.
Penghuni di perumahan ini bukanlah orang-orang yang mudah diajak untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Kebanyakan mereka adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang mempunyai kepercayaan leluhur yang sangat fanatik. GI. Dolly mulai melakukan pendekatan dan penginjilan kepada anak-anak yang setiap sore bermain-main di jalanan di dalam perumahan ini. Dia mencoba memperkenalkan Kristus kepada mereka dan membawa mereka ikut Sekolah Minggu. Pada 31 Januari 1999 kebaktian Sekolah Minggu dibuka dan dihadiri oleh 14 anak-anak. Kebanyakan mereka berbahasa Mandarin dan dialek Hokkian. Mereka kurang fasih berbahasa Indonesia. Tetapi beberapa anak yang datang dari kota lain justru hanya bisa menggunakan bahasa Indonesia. Mulai saat itulah dikembangkan pelayanan Sekolah Minggu.
Pada 7 Maret 1999, Gepembri Batam memulai kebaktian untuk orang-orang dewasa. Saat kebaktian pembukaan itu dijadikan kesempatan mengundang para orang tua anak-anak Sekolah Minggu. Puji Tuhan, yang hadir saat itu sekitar 40 orang. Firman Tuhan disampaikan oleh Pdt. Hardi Farianto. Beberapa jemaat dari Gepembri Jakarta juga turut menghadiri kebaktian pembukaan itu. Hingga bulan Mei 1999, rata-rata kehadiran jemaat dewasa sekitar 12-20 orang. Sedangkan anak-anak Sekolah Minggu berkisar 12-16 orang.
Usaha-usaha menjangkau Pulau Batam, khususnya Perumahan Bukit Mas, dalah suatu ladang penginjilan yang sulit. Tantangan sangat besar. Anak-anak yang tinggal di perumahan itu sangat nakal. Barangkali hal ini berkaitan dengan latar belakang keluarga mereka yang kebanyakan adalah perantau-perantau dari pulau-pulau kecil di sekitar Batam. Pendidikan dan etika kehidupan kurang diperhatikan. Bahkan ada orang tua mereka yang masih buta huruf. Ada beberapa usaha yang dipakai untuk menjangkau mereka, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa.
Cara yang sering dilakukan adalah dengan mengadakan kunjungan ke rumah-rumah mereka. Pada awalnya, mereka menyambut dengan setengah hati. Tetapi karena pertolongan Roh Kudus, akhirnya mereka dapat juga menerima kunjungan itu dengan senang hati. Menggunakan telepon juga merupakan salah satu cara yang cukup menolong. Karena dengan meneleponi mereka, mereka merasa diperhatikan. Kadang-kadang mereka diajak mengobrol di jalanan atau di depan rumah mereka. Usaha-usaha ini sangat mendukung untuk menjangkau orang-orang di perumahan itu. Termasuk juga untuk kalangan orang dewasa. Dengan banyak senyum dan bersikap ramah, para orang tua menjadi senang, dan mereka mulai tidak segan untuk hadir dalam kebaktian di Gepembri Batam. Semua ini adalah pertolongan Roh Kudus.
Dalam menjalankan tugas pelayanan itu, GI. Dolly Young juga melaksanakan beberapa tugas sosial bagi anak-anak kecil di perumahan tersebut. Setiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu, dia memberikan les bahasa Mandarin dan les pelajaran sekolah kepada anak-anak. Anak-anak kecil itu sekalipun dapat berbicara bahasa Mandarin tetapi tidak dapat menulis huruf-huruf Mandarin. GI. Dolly memberikan les kepada mereka agar dapat menulis. Pelayanan ini mendapatkan sambutan cukup positif dari orang tua mereka. Apalagi mengingat biaya les di Batam cukup mahal, sedangkan GI. Dolly memberikan les secara gratis. Dengan les-les pelajaran sekolah, GI. Dolly juga menolong anak-anak itu dapat mengikuti dan menguasai pelajaran sekolah dengan lebih baik. Hal ini tentu menjadi berkat bagi mereka, yang biasanya malas belajar dan tidak ada orang lain yang mengajar mereka.
Kendala-kendala Pelayanan pos PI Batam juga mengalami banyak kendala. Hampir setiap rumah di perumahan itu memiliki altar sembahyang. Tentu hal ini membuat mereka sangat sulit diinjili. Ada dari mereka yang sangat fanatik, sehingga bila anak mereka ikut kebaktian Sekolah Minggu, mereka tidak segan-segan menyeret anak itu keluar dari gereja. Kendala lain adalah, seperti yang disebutkan di atas, nakalnya anak-anak di tempat tersebut. Mendidik dan membimbing mereka bukanlah hal yang mudah. Apalagi bila tidak ada kerjasama dengan orang tua mereka. Padahal peranan orang tua sangat besar menentukan pendidikan anak-anak. Kebanyakan orang tua kurang memperhatikan anak-anak mereka, sehingga anak-anak bertumbuh menjadi nakal dan kurang terdisiplin dalam etika-etika pergaulan. Karena kebanyakan mereka adalah kaum pendatang dari pulau-pulau di sekitar Batam, tidak heran kalau mereka sering pulang kampung halaman mereka. Apalagi biaya transportasi tidak terlalu mahal. Bila musim libur tiba, umumnya kebaktian anak-anak dan orang dewasa menjadi sepi, karena mereka pulang ke tempat asal mereka.
Perlu juga diperhatikan bahwa di Batam telah berdiri sebuah vihara terbesar di Asia, namanya "Mama Vihara Duta Matreya". Secara langsung atau tak langsung hal ini tentu juga merupakan suatu kendala penginjilan di Batam. Tetapi GI. Dolly yakin, dengan berdoa dan memohon Tuhan mengasihi penduduk Batam yang masih hidup dalam kegelapan, kuasa Tuhan akan dinyatakan dan Roh Kudus akan bekerja. Karena pekerjaan Roh Kudus juga, maka jemaat yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus mau menuntut diri untuk rajin membaca Alkitab dan berdoa. Beberapa jemaat mulai melibatkan diri dalam pelayanan. Dan puji Tuhan, ada 2 orang petobat baru yang sudah menyerahkan diri untuk dibaptis. Kita berdoa agar pelayanan di Batam ini kian menghasilkan buah keselamatan bagi orang-orang di Batam, dan kian memuliakan nama Tuhan.
Penghuni di perumahan ini bukanlah orang-orang yang mudah diajak untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Kebanyakan mereka adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang mempunyai kepercayaan leluhur yang sangat fanatik. GI. Dolly mulai melakukan pendekatan dan penginjilan kepada anak-anak yang setiap sore bermain-main di jalanan di dalam perumahan ini. Dia mencoba memperkenalkan Kristus kepada mereka dan membawa mereka ikut Sekolah Minggu. Pada 31 Januari 1999 kebaktian Sekolah Minggu dibuka dan dihadiri oleh 14 anak-anak. Kebanyakan mereka berbahasa Mandarin dan dialek Hokkian. Mereka kurang fasih berbahasa Indonesia. Tetapi beberapa anak yang datang dari kota lain justru hanya bisa menggunakan bahasa Indonesia. Mulai saat itulah dikembangkan pelayanan Sekolah Minggu.
Pada 7 Maret 1999, Gepembri Batam memulai kebaktian untuk orang-orang dewasa. Saat kebaktian pembukaan itu dijadikan kesempatan mengundang para orang tua anak-anak Sekolah Minggu. Puji Tuhan, yang hadir saat itu sekitar 40 orang. Firman Tuhan disampaikan oleh Pdt. Hardi Farianto. Beberapa jemaat dari Gepembri Jakarta juga turut menghadiri kebaktian pembukaan itu. Hingga bulan Mei 1999, rata-rata kehadiran jemaat dewasa sekitar 12-20 orang. Sedangkan anak-anak Sekolah Minggu berkisar 12-16 orang.
Usaha-usaha menjangkau Pulau Batam, khususnya Perumahan Bukit Mas, dalah suatu ladang penginjilan yang sulit. Tantangan sangat besar. Anak-anak yang tinggal di perumahan itu sangat nakal. Barangkali hal ini berkaitan dengan latar belakang keluarga mereka yang kebanyakan adalah perantau-perantau dari pulau-pulau kecil di sekitar Batam. Pendidikan dan etika kehidupan kurang diperhatikan. Bahkan ada orang tua mereka yang masih buta huruf. Ada beberapa usaha yang dipakai untuk menjangkau mereka, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa.
Cara yang sering dilakukan adalah dengan mengadakan kunjungan ke rumah-rumah mereka. Pada awalnya, mereka menyambut dengan setengah hati. Tetapi karena pertolongan Roh Kudus, akhirnya mereka dapat juga menerima kunjungan itu dengan senang hati. Menggunakan telepon juga merupakan salah satu cara yang cukup menolong. Karena dengan meneleponi mereka, mereka merasa diperhatikan. Kadang-kadang mereka diajak mengobrol di jalanan atau di depan rumah mereka. Usaha-usaha ini sangat mendukung untuk menjangkau orang-orang di perumahan itu. Termasuk juga untuk kalangan orang dewasa. Dengan banyak senyum dan bersikap ramah, para orang tua menjadi senang, dan mereka mulai tidak segan untuk hadir dalam kebaktian di Gepembri Batam. Semua ini adalah pertolongan Roh Kudus.
Dalam menjalankan tugas pelayanan itu, GI. Dolly Young juga melaksanakan beberapa tugas sosial bagi anak-anak kecil di perumahan tersebut. Setiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu, dia memberikan les bahasa Mandarin dan les pelajaran sekolah kepada anak-anak. Anak-anak kecil itu sekalipun dapat berbicara bahasa Mandarin tetapi tidak dapat menulis huruf-huruf Mandarin. GI. Dolly memberikan les kepada mereka agar dapat menulis. Pelayanan ini mendapatkan sambutan cukup positif dari orang tua mereka. Apalagi mengingat biaya les di Batam cukup mahal, sedangkan GI. Dolly memberikan les secara gratis. Dengan les-les pelajaran sekolah, GI. Dolly juga menolong anak-anak itu dapat mengikuti dan menguasai pelajaran sekolah dengan lebih baik. Hal ini tentu menjadi berkat bagi mereka, yang biasanya malas belajar dan tidak ada orang lain yang mengajar mereka.
Kendala-kendala Pelayanan pos PI Batam juga mengalami banyak kendala. Hampir setiap rumah di perumahan itu memiliki altar sembahyang. Tentu hal ini membuat mereka sangat sulit diinjili. Ada dari mereka yang sangat fanatik, sehingga bila anak mereka ikut kebaktian Sekolah Minggu, mereka tidak segan-segan menyeret anak itu keluar dari gereja. Kendala lain adalah, seperti yang disebutkan di atas, nakalnya anak-anak di tempat tersebut. Mendidik dan membimbing mereka bukanlah hal yang mudah. Apalagi bila tidak ada kerjasama dengan orang tua mereka. Padahal peranan orang tua sangat besar menentukan pendidikan anak-anak. Kebanyakan orang tua kurang memperhatikan anak-anak mereka, sehingga anak-anak bertumbuh menjadi nakal dan kurang terdisiplin dalam etika-etika pergaulan. Karena kebanyakan mereka adalah kaum pendatang dari pulau-pulau di sekitar Batam, tidak heran kalau mereka sering pulang kampung halaman mereka. Apalagi biaya transportasi tidak terlalu mahal. Bila musim libur tiba, umumnya kebaktian anak-anak dan orang dewasa menjadi sepi, karena mereka pulang ke tempat asal mereka.
Perlu juga diperhatikan bahwa di Batam telah berdiri sebuah vihara terbesar di Asia, namanya "Mama Vihara Duta Matreya". Secara langsung atau tak langsung hal ini tentu juga merupakan suatu kendala penginjilan di Batam. Tetapi GI. Dolly yakin, dengan berdoa dan memohon Tuhan mengasihi penduduk Batam yang masih hidup dalam kegelapan, kuasa Tuhan akan dinyatakan dan Roh Kudus akan bekerja. Karena pekerjaan Roh Kudus juga, maka jemaat yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus mau menuntut diri untuk rajin membaca Alkitab dan berdoa. Beberapa jemaat mulai melibatkan diri dalam pelayanan. Dan puji Tuhan, ada 2 orang petobat baru yang sudah menyerahkan diri untuk dibaptis. Kita berdoa agar pelayanan di Batam ini kian menghasilkan buah keselamatan bagi orang-orang di Batam, dan kian memuliakan nama Tuhan.
Tidak ada komentar: